Griya Sehat Edukatif

Griya Sehat Edukatif
Menyehatkan secara Alami dan Mencerdaskan sejak Dini

Rabu, 21 Desember 2011

BPA FREE (bebas Bisphenol – A)


BPA FREEBPA FREE
(bebas Bisphenol – A)

Selama bayi menyusu dengan botol, tidak berarti cinta dan kasih sayang Ibunda berkurang. Pastikan susu bayi Ibunda tepat dan sesuai dengan kebutuhan makanannya. Gunakan botol susu yang aman untuk bayi Ibunda.

Wahai ibunda.. akhir2 ini kita khawatir dengan isu BPA ( Bisphenol-A). Apa ya BPA tu ? Yuk kita bahas ..^^

Memilih botol susu dan peralatan makan mungkin perkara mudah. Hampir semua toko perlengkapan bayi menyediakannya. ibunda tinggal pilih merk dan bentuk yang disukai, serta harga yang sesuai bujet. Tapi mungkin kini ibunda perlu lebih selektif. Seperti dilansir oleh AFP, mulai awal tahun depan, negara-negara di Eropa akan melarang peredaran botol susu dan peralatan makan anak lainnya yang diduga mengandung bahan kimia Bisphenol-A (BPA). Larangan ini dilatari kekhawatiran akan dampak kesehatan yang mungkin ditimbulkannya. Larangan yang diberlakukan ini lebih ditujukan pada pihak produsen, dan mencakup larangan untuk memproduksi botol susu dan peralatan makan yang mengandung BPA, serta larangan untuk menjual dan mengimpornya.

Soal isu BPA ini, Kanada menjadi negara pertama di dunia yang mengklasifikasikan BPA sebagai zat beracun_penggunaan botol susu dan produk wadah plastik lainnya yang mengandung unsur BPA sudah dilarang. Kemudian disusul oleh dua negara di Uni Eropa, yaitu Perancis dan Denmark, yang memberlakukan larangan terhadap botol susu ber-BPA. Pihak pemerintah Denmark bahkan melangkah lebih jauh dengan memberlakukan larangan untuk semua peralatan makanan bagi anak-anak di bawah tiga tahun. Bagaimana dengan Indonesia?

Menurut Husna Muzahir dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), di Indonesia belum ada lembaga berwenang yang melakukan uji toksisitas terhadap BPA. Departemen Kesehatan RI sekalipun tidak mengatur secara khusus soal botol susu atau perlengkapan makan untuk anak. “Yang kita miliki adalah SNI (Standar Nasional Indonesia) soal potensi migrasi dari kemasan ke makanan atau minuman. Dalam peraturan itu dijelaskan bahwa untuk meminimalkan potensi migrasi tersebut, makanan atau minuman panas sebaiknya tidak bersentuhan langsung dengan kemasan tertentu, terutama yang terbuat dari plastik.

Peneliti dari University of Cincinnati menemukan, eksposur terhadap air mendidih menyebabkan botol plastik polikarbonat melepaskan BPA hingga 55 kali lebih cepat dari air dingin atau air bertemperatur normal. Penemuan terbaru menunjukkan bahwa ada korelasi antara BPA dengan beberapa penyakit sbb yang merupakan efek dari Bisphenol-A :
            Pada laki-laki : penurunan produksi sperma, penambahan berat prostat, kanker prostat, mengganggu kualitas hormon testosteron, kanker testis.
Pada perempuan, BPA berpotensi mengakibatkan ketidaknormalan perkembangan endometrium yang dapat menyebabkan infertilitas/ merusak sel telur dan kromosom serta meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
                   Anak-anak, terutama bayi yang masih dalam kandungan dan bayi yang baru lahir, memiliki risiko yang paling besar terhadap bahan kimia tersebut. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon yang dapat berdampak selama periode emas pertumbuhan anak, meskipun akibatnya tidak langsung tampak. BPA dapat menimbulkan hiperaktif, pubertas dini, obesitas karena meningkatkan produksi sel lemak, resisten terhadap insulin, gangguan ginjal, gangguan hati.

Untuk menghindari atau meminimalisir dampak BPA pada si kecil, spesialis anak Dr. Steven Parker, memberikan beberapa tips berikut :
* Hindari penggunaan botol polikarbonat yang mengandung BPA. Sebagai gantinya gunakan botol bebas BPA, atau botol yang terbuat dari gelas/kaca.
* Ketika membeli botol plastik, pilihlah botol yang menggunakan polypropylene/ polyethylene, yang tidak keras dan tidak mengkilat.
* Carilah tanda "BPA-free" pada kaleng atau botol susu yang Anda beli.
* Hindari pemberian teether berbahan plastik/ vinyl pada bayi
* Hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik karena dapat memicu pelepasan BPA. Sebagai gantinya, gunakanlah wadah gelas/ kaca atau keramik. Sebagai tambahan ya bun..botol susu berbahan plastik sebaiknya tidak bersentuhan langsung dengan air panas, begitu juga saat mensterilkan botol. Boleh saja menggunakan sterilizer elektrik yang suhunya tentu sudah disesuaikan dengan ketahanan botol susu
* Cucilah botol dan wadah plastik dengan spons agar tidak merusak lapisan plastiknya. Tambahan lagi yaa..dengan mencuci bersih menggunakan sabun, mengeringkannya, dan menyimpannya di tempat yang bersih, botol susu sebenarnya sudah bisa dibilang aman untuk digunakan.
* Belajar membaca kandungan dalam plastik. Singkirkan produk plastik yang mengandung bahan-bahan seperti DBP dan DEP, DEHP, DMP. Gunakan polyethylene (#5), dan hindari polikarbonat (#7).
* Jangan gunakan lagi botol plastik yang sudah tergores/ rusak atau kusam.
Sebaiknya botol susu digunakan dalam jangka 1 tahun tapi kalau sudah tidak baik lagi dalam 6 bulan botol sudah boleh diganti ya bun.. "

Merespon isu botol susu ber-BPA ini, kini semakin banyak ibunda yang berpaling pada botol susu berlabel BPA free. Botol susu yang terbuat dari kaca (meski berat dan dianggap berbahaya jika terjatuh dan pecah), juga mulai dilirik karena dianggap lebih aman, sehingga si kecil pun bisa terhindar dari bahaya BPA. Aman demi si kecil ? Mengapa tidak ?

Buat apa ambil resiko ? Kini botol BPA free sudah terjangkau bun..
BPA free, pilihan pas Ibunda cerdas!^^

__Ω ○♥○ Ω__


*Diringkas oleh Ummu Abdulloh dari berbagai sumber dengan beberapa penyesuaian*


NB : Sekarang sudah banyak beredar botol susu BPA Free termasuk teether BPA Free bun..botol susu dari kaca juga, bahkan ada yang dilengkapi pengaman untuk antisipasi botol pecah ketika jatuh..^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar